Pages

Selasa, 17 September 2013

KELEBIHAN BERAT BADAN & MIGRAIN EPISODIK

Kelebihan Berat Badan dan Migrain Episodik obesitas dan migrain episodikPara peneliti mencermati sebuah kondisi yang dinamakan migrain episodik, bentuk sakit kepala yang terjadi kurang dari setiap dua hari sekali. Mereka menemukan bahwa migrain episodik terjadi dua kali lebih banyak di antara orang yang mengalami obesitas dibandingkan dengan orang dewasa yang memiliki berat badan normal. “Temuan ini seakan menekankan kepada para pasien dan dokter untuk menyadari bahwa obesitas berhubungan dengan peningkatan risiko migrain episodik dan sebaiknya tidak menunggu sampai pasien memiliki migrain kronis,” ujar pemimpin peneliti Dr. Lee Peterlin. Untuk meminimalkan risiko tersebut, orang yang mengalami obesitas sebaiknya menerapkan pola hidup sehat, seperti diet dan olahraga. Namun demikian, para peneliti masih belum yakin mana yang datang pertama kali, apakah kelebihan berat badan atau sakit kepala. “Jika temuan ini bisa membantu meyakinkan orang untuk menurunkan berat badannya, maka itu bagus, namun apakah bisa ditarik kesimpulan bahwa pengurangan berat badan akan mengurangi serangan migrain? Itu pertanyaan yang belum bisa mereka jawab,” ungkap Dr Tobias Kurth, dari University of Bordeaux. Sekitar 10 hingga 15 persen orang mengalami migrain episodik, menurut Peterlin. Penelitian sebelumnya telah mengaitkan obesitas dengan migrain kronis yang bisa terjadi setidaknya setiap hari. Namun tidak ada cukup bukti untuk membuktikan apakah berat badan juga berperan dalam mengurangi frekuensi migrain. Untuk mencoba menjawab pertanyaan itu, Peterlin dan rekan-rekannya menganalisis data sekitar 3.862 orang yang berpartisipasi dalam survei nasional AS pada awal tahun 2000, termasuk 188 yang dilaporkan mengalami migrain rata-rata tiga atau empat kali setiap bulan. Sekitar 32 persen orang dengan migrain episodik mengalami obesitas dibandingkan dengan 26 persen dari penderita non-migrain. Setelah memperhitungkan perbedaan lain antara orang-orang yang mengalami dan tidak mengalami migrain, seperti usia dan kebiasaan merokok, para peneliti menemukan bahwa obesitas telah dikaitkan dengan 81 persen peluang lebih tinggi untuk mengalami migrain episodik. Hubungan antara obesitas dengan migrain lebih kuat terutama pada wanita dan orang yang berusia 50 tahun ke bawah, namun hal tersebut masih belum jelas pada pria dan orang dewasa yang lebih tua. Hal ini karena pria dan orang yang lebih tua umumnya memiliki peluang yang rendah untuk mengalami migrain. Peterlin mengatakan bahwa kemungkinan ada penjelasan terkait hubungan tersebut. Orang yang mengalami migrain secara rutin mungkin kurang aktif akibat nyeri yang dirasakan, atau mengonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi berat badannya. Kurth, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut sepakat bahwa faktor gaya hidup mungkin memainkan peran terhadap obesitas dan migrain. Namun dia menghimbau untuk tidak menghubungkannya secara langsung antara berat badan dan migrain episodik selama belum adanya penelitian lebih lanjut. “Saya hanya berhati-hati,” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Images by Freepik