Pages

Minggu, 04 November 2012

Sinopsis The Moon Embraces The Sun

Episode 1
 
Itu adalah sebuah cerita yang diceritakan Ibu Suri pada salah seorang pengikut sekaligus keponakannya, Yoon Dae Hyeong. Ibu suri adalah Ibu dari Raja Seong Jo, Raja saat itu dan merupakan Raja fiksi Joseon.

Ibu Suri juga mengatakan pada Dae Hyeong kalau Raja sangat menyukai Pangeran Uiseong, dan pangeran Uiseong adalah pemimpin fraksi yang kuat. Ibu Suri cemas kalau Pangeran Uiseong akan mengancam tahta Raja. Ibu Suri meminta Dae Hyeong untuk menjadi pahlawan seperti dalam cerita, karena menurutnya matahari hanya ada satu begitu juga tahta raja juga hanya ada satu. Jadi agar tahta Raja tidak digoyahkan oleh Pangeran Uiseong maka Dae Hyeong harus mengahabisinya.


Malam itu, sekelompok penyelundup suruhan Dae Hyeong mengendap-endap masuk ke halaman rumah Uiseong. Para penyelundup itu menempelkan jimat dan mengubur sesuatu di tanah. Kelihatannya mereka memiliki maksud tertentu, yakni menfitnah seseorang atas kejahatan yang hendak mereka lakukan.


Ketika seorang penyelundup masuk ke rumah, seorang pria mengarahkan pedang ke lehernya. Pria tersebut tidak lain adalah Pangeran Uiseong, adik dari Raja Seong Jo. Pangeran Uiseong bertanya siapa yang memerintahkan mereka, tapi mereka malah menyerangnya. Si penjahat sengaja menjatuhkan senjatanya untuk mengalihkan perhatian Uiseong, kemudian langsung menyerangnya. Terjadi perkelahian singkat. Si penyelundup kemudian melemparkan panah beracun ke lengan Uiseong.
 
Di saat yang sama di tempat lain, seorang shaman (peramal)  terbangun dari tidurnya dengan terkejut. Shaman itu adalah Ari, dia merasa ada yang akan membunuh pangeran Uiseong. Dia ingin pergi tapi temannya Jang Nok Young melarangnya. Tapi Ari tetap pergi.

Ari berlari dengan cemas dan takut. Nok Young berusaha mengejar dan melarangnya pergi, namun Ari tetap berlari dengan cepat. Mendadak Ari berhenti berlari karena merasakan sesuatu. Ia menatap ke bulan yang mendadak menghilang dibalik awan dan muncul lagi dengan terang.

Di sisi lain, Uiseong sedang bertarung habis-habisan melawan para pembunuh. Namun sayang ia kalah jumlah. Ketika seorang pembunuh mengangkat pedangnya ke arah Uiseong, mendadak seseorang datang, dan menghentikannyanya. Orang itu adalah Dae Hyong.


Uiseong mendongak dan melihat Dae Hyeong berdiri di hadapannya. Dulu Dae Hyeong sering mendatangi Pangeran Uiseong untuk membujuk dia menjadi raja, tapi dia sekarang sudah berada di pihak lain dan ingin menjerumuskannya, dengan menjadikan pangeran Uiseong menjadi pengkhianat dimata Raja.

Di tempat lain, seorang pria tewas terbunuh. Ia mati seakan-akan gantung diri. Di atas mejanya, si pembunuh meninggalkan sebuah surat. Pria itu tidak lain adalah sahabat Uiseong.

Sebelum Dae Hyeong membunuh Uiseong, dia mengatakan kalau ini semua adalah perintah Ibu Suri.


Di balik dinding pagar, Ari melihat semua kejahatan itu, tapi bayangan Ari terpantul di pedang Dae Hyeong, sehingga membuat Ari dilihat olehnya. Dae Hyeong pun menyuruh orang-orang mengejar Ari. Ari berlari melewati hutan, berusaha kabur dari kejaran para penyelundup. Namun sayang ia menemui jalan buntu. Di depannya adalah jurang. Para penyelundup semakin mendekat. Ari semakin terpojok ke pinggir jurang. Tanpa sengaja, kaki Ari terpeleset dan ia jatuh ke jurang. Para penyelundup memutar untuk turun ke jurang. Seorang penyelundup menemukan pita milik Ari. Penyeludup itu bisa menebak kalau pita iitu milih shaman-shaman yang ada di balai Samawi.


Di balai Samawi, Ketua Shaman  mengetahui kalau Ari menghilang dan menanyakan keberadaannya. Ia pun menanyakan pada Nok Young, tapi Nok Young ragu ingin mengatakan yang sebenarnya.

Dae Hyeong menyerahkan pita milik Ari pada Ibu Suri Dengan mudah, ibu suri bisa menebak bahwa pita itu adalah milik Ari. Ari memiliki kemampuan luar biasa sebagai Shaman dan dicalonkan menjadi pemimpin balai samawi berikutnya. Dulu Ari pernah menjadi pelayan di rumah Pangeran Uiseong dan mereka terlibat percintaan. Dengan semua tebakannya, Ibu Suri punya ide baru untuk membawa nama Ari dalam kejahatannya dengan mengatakan Ari juga terlibat dalam pengkhianatan yang dilakukan oleh pangeran Uiseong. Ibu Suri juga akan meminta bantuan ketua balai samawi.


Pengawal kerajaan akhirnya mengetahui kalau dua orang anggota kerajaan tewas malam itu. Pengawal menyerahkan surat teman Uiseong pada Raja Seong Jo. Dalam surat tersebut dikatakan kalau teman Uiseong mati bunuh diri untuk menebus kejahatannya karena sudah mencoba memberontak. Malam itu, Uiseong dan temannya dinyatakan sebagai pengkhianat. Raja Seong Jo menunduk sedih.

Tidak lama kemudian, Ketua Balai Samawi masuk ke ruangan bersama dengan Dae Hyeong. Raja Seong Jo meminta penjelasan mengenai jimat yang ditemukannya di rumah Uiseong. Ketua Balai Samawi melirik sekilas ke arah Dae Seong, kemudian menjawab, "Jimat itu akan menguatkan kekuasaan sang matahari." Raja percaya semua itu.  Raja kemudian memerintahkan pengawalnya untuk mencari Ari.

Siang itu, sebuah rombongan kecil melewati hutan. Pelayan wanita dari rombongan itu berteriak histeris ketika melihat Ari terjatuh di tanah dalam keadaan sekarat.


Nyonya yang berada didalam tandu  adalah Shin Jung Kyung. Nyonya Shin keluar dari dalam tandu. Saat itu ia sedang mengandung. Nyonya Shin terkejut melihat Ari dan langsung menolongnya tanpa berpikir panjang.

Tandu hendak masuk melewati gerbang Ibu Kota, namun mendadak rombongan mereka dihentikan oleh penjaga. Pelayan melihat lukisan buronan yang dimaksud. Buronan tersebut tidak lain adalah Ari, wanita yang tadi ditolong oleh majikannya.


Dengan paksa, si penjaga membuka jendela tandu dan melihat Nyonya Shinyang sedang hamil. Diam-diam, Nyonya Shin menyembunyikan Ari dibalik gaunnya. Untuk sementara, Ari selamat. Tandu berjalan pergi. Di tanah, terdapat ceceran darah. Darah itu berasal dari dalam tandu. Penjaga menghentikan tandu Nyonya Shin sekali lagi.  Jendela dibuka dan si penjaga melihat gaun Nyonya Shin dipenuhi darah. Si nyonya merintih kesakitan. Pelayan berteriak panik. "Darah! Darah!" Pelayan memohon pada penjaga untuk melepaskan mereka karena majikannya berada dalam bahaya. Penjaga akhirnya membiarkan mereka lewat.

Ari berterima kasih pada Nyonya Shin karena telah menolongnya. Nyonya Shin dengan ramah menjawab kalau bayinyalah yang menyelamatkan Ari. Ari juga mengatakan kalau bayi Nyonya Shin adalah seorang perempuan cantik seperti bulan. Ari memperoleh kilasan-kilasan bayangan mengenai masa depan si bayi. Dimulai dengan pertemuan dengan seorang Putra Mahkota, menjadi Putri Mahkota, dan berakhir dengan tumpukan tanah seperti kuburan. Ari sadar bahwa nasib bayi itu akan buruk. Sebelum berpisah Aripun berjanji akan melindungi putri nyonya Shin. Nyonya shin tersenyum dan menunduk berterima kasih.

Tidak lama berjalan, Ari dikepung dan berhasil ditangkap. Ari disiksa habis-habisan.


Nok Young, menatapnya takut dan kasihan, namun tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolong. Ia menatap Ketua Balai Samawi, namun si Ketua membuang muka.

Dae Hyeong menanyakan mengenai jimat yang ditemukan di kediaman Uiseong. Namun Ari bersikeras bahwa ia tidak tahu-menahu mengenai jimat tersebut. Saat mengatakan kalau jimat itu adalah kerja samanya dengan Pangeran Uiseong untuk mengakhianati raja, dan menyuruh Ari mengaku. Mendadak Ari berubah marah. Dia tidak terima.

"Pengkhianat, katamu?" tanya Ari. "Dan itu adalah bukti yang tertinggal? Kau pikir akulah satu-satunya orang yang menyaksikan semua kejadian itu, bukan? Kau pikir semua akan berakhir begitu kau melenyapkan aku, bukan? Kau salah besar! Bulan sedang melihatmu! Darah orang itu bukanlah satu-satunya yang mengenai pedangmu malam itu! Malam itu juga ada cahaya bulan! Tunggu dan lihat saja! Suatu saat nanti, semua kejahatanmu akan terbongkar! Suatu hari nanti, cahaya bulan akan mengakhiri hidupmu yang menyedihkan!"
Setelah disiksa habis-habisan, Ari dilempar ke dalam penjara. 


Nok Young mengunjunginya. Disanalah Ari meminta sahabatnya itu untuk melindunyi bayi Nyonya Shin. "Walaupun berada dekat dengan matahari akan mendatangkan bencana, namun takdirnya adalah berada disisi matahari dan melindunginya." kata Ari. "Tolong pastikan saja bahwa anak itu selamat. Lindungi dia demi aku."
"Siapa anak yang harus kulindungi?" tanya Nok Young.

Belum sempat Ari menjawab, penjaga penjara sudah menarik Nok Young pergi.

Keesokkan harinya, Ari akan dieksekusi hukuman mati. Sebelum mati, Ari melihat dua matahari dan satu bulan. "Kalian bertiga... jaga diri kalian." ujar Ari dalam hati. Ari tewas.


Disaat yang sama di tempat yang berbeda, seorang bayi perempuan lahir. Bayi itu diberi nama Heo Yeon Woo.

Beberapa tahun kemudian.


Istana sedang disibukkan oleh persiapan pesta perayaan. Para pelayan mendadak panik karena banyak buah yang menghilang secara tiba-tiba.

Disisi lain, seorang kasim datang untuk menjemput Putra Mahkota agar datang ke pesta perayaan. Betapa kagetnya kasim melihat kamar Putra Mahkota kosong. Saat itu, sang Putra Mahkota sepertinya sedang merencanakan kenakalan yang akan dilakukannya. Kelihatannya berniat kabur dari istana.
Tanpa disangka-sangka, Yeon Woo dan ibunya juga akan datang ke pesta perayaan di istana untuk melihat kakak Yeon Woo, Yeom. Rupanya hari itu akan diadakan penanugerahan untuk juara ujian negara. Para pelajar dari berbagai pelosok datang untuk menyaksikan pemberian penghargaan tersebut, termasuk Heo Yeom dan Kim Je Woon. Yeom adalah kakak kandung Yeon Woo, sementara Woon (bersama dengan Pangeran Yang Myeong) adalah murid dari ayah Yeon Woo. Yeom dinobatkan sebagai juara nomor satu dalam bidang akademik sementara Woon dinobatkan menjadi juara nomor satu dalam bidang beladiri.

Raja Seong Jo datang ke tempat diadakan penganugerahan untuk juara ujian negara. Semua orang bersujud memberi hormat padanya.
Mendadak seekor kupu-kupu kuning terbang dan hinggap di bahu Yeon Woo, kemudian terbang lagi.

Hwon, si Putra Mahkota nakal, keluar dari ruangan. Panas matahari  terasa menyengat. Dia menggunakan payung untuk melindungi kulitnya.
Ibu Yeon Woo menatap putranya dengan bangga. Ia juga sangat senang melihat wajah suaminya yang berseri. Karena keasikan menonton, ia sampai tidak sadar kalau Yeon Woo menghilang. Yeon Woo berjalan mengikuti kupu-kupu kuning.

Di tempat lain, Hwon menaiki tangga, hendak melompat keluar. Tanpa sengaja ia menoleh dan melihat Yeon Woo. Hwon terpana.

Kupu-kupu kuning menghantarkan Yeon Woo pada Hwon.

Hwon berusaha terdasar dari lamunannya. Namun ia malah terpeleset dari tangga dan terjatuh menimpa Yeon Woo. Payung merah Hwon melayang dan jatuh tepat di atas mereka. Payung itu kemudian terbang tertiup angin.


Hwon dan Yeon Woo kaget karena mereka terjatuh bersama. Setelah sadar dari rasa terkejut, mereka buru-buru bangkit. Dengan nada sok berkuasa, Hwon bertanya siapa Yeon Woo. Yeon Woo menatap Hwon dengan kesal. Yeon Woo berkata kalau dia datang ke kerajaan karena ingin melihat kakaknya menerima penganugerahan pelajar akademik terbaik. Dia mengira Hwon adalah pencuri dan akan melaporkannya ke panjaga. Yeon Woo beranjak pergi, namun Hwon menarik lengannya.
Hwon terkejut Yeon Woo mengira dia pencuri. Yeon Woo menunjuk tas yang dijatuhkan Hwon di tanah. Hwon memberi alasan kalau dia sedang mencari jalan keluar. Saat hwon ingin mengambil tasnya, tiba-tiba barang-barang didalamnya yang berupa uang dan perhiasan jatuh. Hwon berusaha memberi penjelasan lagi, tapi Yeon Woo malah berteriak-teriak memanggil penjaga. Hwon menutup mulut Yeon Woo dan menariknya pergi.
Hwon dan Yeon Woo berdebat mulut sejenak mengenai umur. Hwon berhasil menjebak Yeon Woo dan mengetahui kalau umur Yeon Woo adalah 13 tahun. Hwon lebih tua 2 tahun dari Yeon Woo. Yeon Woo hendak pergi memanggil penjaga, namun lagi-lagi Hwon menariknya. Dia tetap memberi penjelasan bohong pada Yeon Woo, jelas saja Yeon Woo tidak percaya.

Hwon akhirnya bercerita alasannya memanjat dinding. Hwon bilang kalau dia ingin mencari kakaknya. Dia dan kakaknya memiliki ayah yang sama, namun ibu yang berbeda. Walaupun begitu  kakaknya selalu memperlakukan Hwon  dengan baik. Walaupun kakaknya  pandai dalam segi akademik dan militer, tapi ia tidak bisa berpartisipasi dalam ujian negara. Walaupun ia memiliki potensi, ia tidak bisa menjadi pejabat negara. Walaupun ia menghormati dan menyayangi ayah, tapi ia tidak bisa menerima kasih sayang ayah. Walaupun ia menerima cinta dari banyak orang, tapi ia tidak bisa muncul di hadapan banyak orang. Hwon juga menyalahkan dirinya kalau kakaknya hidup seperti itu karena dia. Kakaknya mungkin takut disalahkan oleh kakaknya, jadi dia pergi dan tidak menemui Hwon lagi. Oleh karena itu, Hwon ingin pergi dan mencarinya.
Mendengar cerita Hwon, Yeon Woo berkata kalau Hwon tidak perlu menyalahkan dirinya untuk semua yag terjadi. Yeon Woo juga berkata kalau jadi anak emas atau anak yang tidak diakui, bukanlah sesuatu yang bisa kalian pilih. Jika kakakmu memang benar-nebar menyayangimu, ia pasti tidak akan menyalahkamu.  Yeon Woo malah asik mengoceh sendiri mengenai aturan-aturan negara yang tidak ia setujui. Yeon Woo segera menutup mulutnya ketika sadar bahwa ucapan kelewatan.
Hwon mengancam akan melapor pada penjaga. Yeon Woo memohon  agar Hwon tidak melakukannya. Yeon Woo juga tetap tidak percaya kalau Hwon bukan pencuri. Hwon ingin memberi tahu siapa dirinya, tapi itu tidak bisa dia lakukan, dan akhirnya dia hanya bilang kalau  dia adalah pejabat di kerajaan, walaupun dia ragu, tapi ternyata Yeon Woo percaya. Yeon Woo dan Hwon berjalan bersama kembali ke dalam halaman istana.
 
Nyonya Shin sangat cemas mencari-cari putrinya. Ia bahkan sampai melapor ke penjaga. Diam-diam, Hwon berbisik pada penjaga agar tidak mengungkapkan identitasnya pada Yeon Woo. Pada Yeon Woo, Hwon hanya bilang kalau dia sudah mengakui kesalahannya sudah mencuri, dan penjaga membawanya. Yeon Woo hanya diam, memandang kepergian Hwon.
Saat Yeon Woo dan ibunya hendak pulang. Mendadak, seorang pelayan istana keluar dan menyerahkan sesuatu pada Yeon Woo. Itu adalah sebuah surat dari Hwon. Selain menyerahkan surat itu, ia juga berpesan sesuatu untuk Yeon Woo, "Berhati-hatilah jika berjalan pada malam hari." Yeon Woo tersenyum. "Jika ia berkata begitu, seharusnya ia memang bukan orang jahat."
Raja Seong Jo memarahi Hwon karena mencoba melarikan diri dari istana. Hwon berkata alasannya adalah untuk menemui Yang Myeong untu membicarakan sebuah buku. Raja marah, lalu memerintah untuk memperketat pengawasan pada Hwon.
Ibu Suri dan Dae Hyeong membahas mengenai calon mentor yang akan mendidik Hwon. Dae Hyeong berjanji untuk mencarikannya.

Ratu So Hye memohon pada Raja agar mengizinkan Yang Myeong keluar masuk istana dengan bebas. Raja memotong perkataan Ratu dengan marah. Raja menolak mentah-mentah usulan Ratu. Ratu keluar dan mengatakan pada Ibu Yang Myeong bahwa Raja menolak permintaannya.
Setelah melakukan perjalanan, Yang Myeong kembali ke ibu kota. Ia pergi ke pasar menjual burung tangkapannya. Dia ingin memberikan hadiah untuk teman-temannya dari hasil penjualan burung yangdia tangkap.

Tidak jauh dari sana, Yang Myeong melihat sebuah antrian panjang. Orang-orang itu mengantri untuk mendapatkan batu ajaib yang dipercaya bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Si penjual mengatakan bahwa batu itu adalah batu yang diberi kekuatan spiritual oleh seorang peramal berusia 8 tahun dan memiliki kekuatan spiritual seperti Jang Nok Yeong. Yang Myeong tersenyum. Dia berniat memberikan batu itu sebagai hadiah.

Dengan bersemangat, Yang Myeong berebut batu itu bersama orang-orang lain. Dari kejauhan, Jang Nok Yeong mengamati keramaian itu. Rupanya si penjual berusaha menipu orang-orang dengan mengatasnamakan peramal. Disanalah Nok Yeong melihat Yang Myeong untuk pertama kalinya. Ia teringat perkataan Ari. "Joseon memiliki dua matahari."


Yang Myeong mengantri untuk mendapatkan batu dari peramal cilik. Yang Myeong melihat bibir si peramal. Bibirnya kering dan ia kelihatan sengsara. Ia sadar kalau anak itu sudah menjadi korban eksploitasi anak-anak dan diperalat untuk menipu. "Aku lapar." bisik anak itu ada si pria. Namun pria itu malah mencobit peramal cilik. Melihat itu Yang Myeong meledak marah. "Tidakkah kau mendengar kalau ia kelaparan?!" serunya. Ia juga melihat kalau seluruh tubuh anak itu dipenuhi luka memar akibat siksaan. Penipuan itu berhasil dibongkar oleh Yang Myeong. Para pelanggan mengamuk. Di antara kericuhan itu, Yang Myeong membopong dan hendak membawa si anak ke tabib. Di tengah jalan menuju tabib, Yang Myeong dikepung oleh sekelompok orang. Seorang pria merebut si anak dari Yang Myeong dengan paksa, namun Nok Yeong menghadang jalannya. Nok Yeong membawa banyak penjaga bersamanya.

Para pria hendak menghajar Yang Myeong. Yang Myeong memberi ancaman pada mereka.  Tapi para pria itu tidak peduli dan terus memukuli Yang Myeong. Myeong berkata kalau guru beladirinya adalah juara ujian negara. Para pria itu malah tidak percaya dan malah berkata kalau ayahku adalah Raja.  Yang Myeong jatuh terjerembab ke tanah tanpa perlawanan. Ia menarik napas dalam dan bangkit dengan cepat. Sudah habis kesabarannya. Saat itu salah satu pria malah berkata kalau dia kenal dengan raja dan raja tidak punya anak seperti Myeong.  Yang Myeong menghajar para pria itu dan berhasil mengalahkan mereka dengan mudah.

Yang Myeong menatap istana dari kejauhan. "Yang Mulia, pengabdi setiamu sudah kembali." ujarnya dalam hati. "Maafkan aku karena belum sempat memberi hormat. Putra Mahkota, apa saja yang kau lakukan selama ini?"
 
Kasim, para penjaga dan para dayang mengawal Hwon dengan ketat kemanapun Hwon pergi, sehingga membuat Hwon kesal. Mendadak, kelopak-kelopak bunga berguguran. Hwon teringat pada pertemuannya dengan Yeon Woo. Hwon tersenyum. "Jika kau tahu kalau aku Putra Mahkota, kau pasti akan lebih mengomel lagi." gumamnya. "Mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi." Hwon terkejut melihat payung merahnya melayang-layang di udara.
Di sisi lain, Yeon Woo membaca surat dari Hwon. Hwon menulis teka-teki yang sulit ditebak oleh Hwon. Ia kemudian bertanya pada Seol, pelayannya. Namun tentu saja Seol tidak mengerti.
Yang Myeong berjalan perlahan, kemudian memanjat dinding. Ia tersenyum seraya menatap sebuah rumah. Dari dalam rumah itu, Yeon Woo berjalan keluar. Yang Myeong terkejut. Yeon Woo masih berkutat memikirkan teka-teki dari Hwon. Yang Myeong memperhatikannya dari jauh.
Yeon Woo berpikir dan terus berpikir. Akhirnya ia berhasil mengetahui bahwa jawaban teka-teki dari Hwon adalah matahari. Yeon Woo tahu dengan pasti apa arti matahari. Matahari mengisyaratkan Raja/Putra Mahkota.  Yeon Woo terduduk di tanah dengan shock. Dia sadar kalau orang yang ditemuinya adalah putra mahkota.

Hwon tersenyum melihat payungnya. "Apakah ini artinya... aku bisa bertemu denganmu lagi?" pikirnya dalam hati.

"Putra Mahkota, apa kau tahu?" pikir Yeon Woo dalam hati. "Bagiku, ini adalah sebuah keberuntungan."
Yang Myeong menatap Yeon Woo. "Aku benar-benar senang bisa melihatmu lagi, Heo Yeon Woo." katanya dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Images by Freepik