Anak- anak dengan kebutuhan khusus seperti autis biasanya disekolahkan
di sekolah inklusi atau justru melakukan belajar di rumah (home
scholing) untuk menyesuaikan dengan keterbatasan intelegensia mereka.
Namun bukan berarti anak autis tidak dapat bersekolah di sekolah umum.
Apabila sudah memenuhi standar komunikasi, perilaku, dan emosi tak bukan
tidak mungkin anak autis dapat sekolah di sekolah umum.
Menurut Tri Gunadi, OT, S.Psi, konsultan anak berkebutuhan khusus
Yayasan Medical Exercise Therapy (YAMET), ada tiga hal utama yang harus
dimiliki anak autis sebelum ia belajar di sekolah umum, yakni anak mampu
berkomunikasi verbal dan non verbal, gangguan perilaku sudah hilang,
serta tidak ada lagi gangguan emosi.
"Kemampuan verbal klasikal maksudnya anak bisa memahami perkataan orang
lain. "Misalnya, ada guru berkata,"Nak ayo buka bukunya di halaman 6,
maka anak mampu melakukannya," kata Tri. Sementara itu gangguan emosi
yang dimaksud ialah anak tidak egois atau mau menang sendiri. "Misalnya
ada anak yang di suruh duduk tidak mau, maunya main puzzle. Nah, itu
menunjukkan emosinya masih tinggi sehingga bisa disebut masih
bermasalah," katanya.
Syarat lainnya adalah anak mampu tidak mendistraksi atau terdistraksi
anak lain. Ini berarti anak tidak mengganggu dan terganggu oleh anak
lain. "Jangan sampai anak justru mengganggu temannya yang sedang
belajar," katanya yang ditemui di acara Autism & Friends:Talent and
Art Showcase, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sebelum orangtua memutuskan untuk memasukkan anaknya di sekolah umum,
Tri juga menyarankan agar anak memiliki kemampuan akademis, meski hal
ini sebenarnya bisa dikejar setelah anak masuk sekolah.
Gayatri Pamoedji, aktivis dan pendiri Masyarakat Peduli Autis Indonesia
mengungkapkan, karena keterbatasan anak autis dalam kemampuan
bersosialisasi, sebaiknya orangtua berhati-hati dalam memutuskan kapapn
anak autis masuk sekolah. Jangan sampai karena orangtua terburu-buru
mendaftarkan anaknya di sekolah (padahal anak belum mampu) anak menjadi
trauma dan takut akan lingkungan sekolah untuk seterusnya. "Pada
prinsipnya anak bisa bersosialisasi kalau ia sudah mampu dan mau,"
katanya.
Ia menambahkan, komunikasi yang baik antara orangtua dan sekolah
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan anak. "Berawal dari
apa yang perlu dikomunikasikan orangtua pada pihak sekolah, buatlah
daftar kemampuan dan kesulitan yang dihadapi anak sehari-hari. Daftar
ini lalu dibicarakan dengan guru kelas dan kepala sekolah agar sekolah
lebih siap mengantisipasi kebutuhan dan dukungan yang dibutuhkan anak,"
kata wanita yang putra sulungnya juga menyandang autis ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar